SELAMAT MEMBACA

Selamat Datang Rekan-rekan Penggemar Cersil

Senin, 11 Februari 2013

KITAB LUSUH

" Oh iya Suro Kitab-kitab yang ibu berikan beberapa waktu lalu , sudah kau baca semua belum." tanya Nyai Sabrang mengalihkan pembicaraan.

sambil mengusap air matanya Suro menjawab
" Belum semua ibu….kitab-kitab yang di kotak itu tinggal dua kitab tebal yang sudah lusuh yang belum bu "

" Heemm dua kitab lusuh..??" perasaan ibu tidak punya suro.

"Ada bu cuman memang kitab itu juga suro ketemukan tidak sengaja di bagian bawah lapisan peti itu ,
Waktu itu suro mengangkat kitab-kitab pengobatan dengan tergesa-gesa sehingga lapisan bawah peti ikut terobek."

"Oooo begitu ya sudah, yang penting kamu pelajari kitab-kitab yang ibu berikan, kalau sekiranya kitab-kitab lusuh itu itu mirip saja isinya dengan kitab pengobtan lainnya buang aja, sekalian nanti abis sarapan cari kayu bakar di Hutan belakang rumah ya"

" Iya bu nanti setelah sarapan aku cari kayu bakar." kata Suro

" Tapi jangan jauh-jauh masuk kehutan ya banyak binatang buas"

" iya bu, boleh ngak Suro sambil cari binatang buat lauk ??"

Nyai Sabrang termenung sebentar " memang kamu dah bisa cara untuk menjebak ataupun melempar pisau kecil untuk mendapatkan binatang buruan, yang ibu ajarkan beberapa waktu lalu "

" Sudah bu " jawab suro cepat dengan gembira karena sepertinya ibunya mengizinkan

" Baiklah kalau gitu cuman jangan kamu tunjukkan ke siapapun ya cara menjebak dan melempar belati kecil yang ibu ajarkan nanti di tiru orang kamu jadi ngak dapat binatang lagi kalau semua mencari dengan cara itu "

" Iya bu, siap laksanakan " jawab Suro sambil tersenyum, melihat tingkah anaknya nyai sabrang cuman geleng-geleng kepala saja.

Kemudian Suro pun sarapan di dapur makan ubi rebus yang masih hangat dan secangkir wedang dengan gula aren " Sungguh nikmatnya hidup ini, walaupun makanan yang ku makan ini tidak seperti makanan orang-orang kaya tidak seperti pejabat-pejabat desa tapi rasanya begitu nikmat karena kita bersyukur terhadap makanan yang ada ini".

" Nyam-nyam nikmatnya " setelah makan Suro segera bersiap untuk kehutan sambil tidak lupa membawa Tali buat ikat kayu dan juga membuat jebakan tidak lupa juga pisau-pisau kecil yang ada di kantung kulit di rumahnya yang jumlahnya sangat banyak, sebenarnya dia heran kenapa kok ada banyak sekali pisau-pisau kecil dan tajam di rumahnya, cuman dia enggan bertanya pada ibunya.

" Berangkatlah suro dengan berlari-lari kecil, tak lama kemudian sampailah di hutan yang berada di belakang rumahnya ..dengan cekatan Suro mengumpulkan kayu-kayu bakar dari dahan-dahan kecil….ketika di rasa cukup ,Suro mulai mencari-cari binatang buruan untuk lauk nanti sore.

Setelah memasang beberapa jebakan...dia berjalan kesana dan kemari siapa tau ada burung atau binatang yang bisa di lempar pakai pisau kecilnya..

"Yah sepi banget neh hutan, boro-boro lihat rusa, seekor Tupai pun ngak ada neh."
Baru saja selesai gumaman kecil dari mulutnya tiba-tiba Suro di kagetkan oleh suara lengking kesakitan.

" wuih kok bulu kudukku merinding ya, jangan-jangan suara setan neh ,hiii serem "

Walau berfikiran begitu kakinya tetap juga melangkah kearah suara rintihan tadi…dengan mengendap-endap dia mengintip " waaaaaaa…..kok ada monyet gede banget , bulunya bagus lagi merah menyala kayak api aja neh."

Suro mengintip sambil di amat-amatinya …dan di lihatnya ada luka yang menganga di bagian kakinya." kaciannya neh monyet dia terluka, ku tolong apa kagak neh."

" kalau kagak bisa mati, kalau ku tolong nanti aku di gigitnya." Suro membatin dalam hati.

Akhirnya setelah berpikir bolak balik ." ah bodo amat dari pada mati tuh monyet mending ku tolong." Akhirnya Suro memutuskan menolong Kera tersebut

Dengan mengendap-endap didekati monyet besar tersebut, ketika dia memunculkan diri monyet tersebut terkejut ‘’GGrrrrrrrrr…GGrrrrrrr’’. " waduh mati aku kalau di gigit neh" "Tenang-tenang ya monyet aku tuh mau membantu mengobati lukamu." Suro berkata sambil tangan membuat gerakan-gerakan yang bermakna bahwa aku akan menolong lukamu monyet.

"ggrrr.rrrr….rrrr" sepertinya monyet itu dah mengerti " kata Suro di hati ketika dia melihat monyet tersebut mulai kelihatan jinak..di periksanya luka tersebut,  seperti luka iris benda tajam neh. kemudian dia ambilnya obat-obatan yang ada di kantong di samping pinggangnya, itu adalah tempat obat yang selalu harus di bawanya semenjak dia belajar obat-obatan kata ibunya siapa tau di jalan bisa memberi bantuan pada orang lain.

Nah selesai, " sudah hati-hati ya monyet jangan terlalu banyak locat-loncat dulu." seperti mengerti monyet tersebut mengangguk-angguk.
" he he he hebat kali nih binatang kayak ngerti aja "

" Wah dah sore neh aku harus cepetan pulang." terpaksa kagak ada lauk enak neh nanti malam..dengan cepat dia mengambil kayu yang tadi di tumpuknya dan akan berlalu dari hutan ..sekejab dia menengok kebelakang ternyata monyet itu sudah taka da.

Setelah sampai di rumah suro menceritakan pengalamannya tadi…ibunya mengangguk-angguk kepala dan tersenyum senang atas apa yang di lakukan suro.

Beberapa hari kemudian suro kembali ke hutan untuk berburu dan mencari kayu seperti biasa….baru dapat beberapa ranting pohon dia di kejutkan oleh suara di belakangnya….kreseekk….kresek…dasar pemberani juga nekat bukannya lari malah dia menunggu sambil mengambil sebatang dahan pohon untuk berjaga-jaga…..suara itu semakin mendekat dengan di ikuti juga ada suara dengusan nafas.
" waduh jangan-jangan harimau, atau srigala neh, waduh kacau neh"  si Suro mulai berkeringat dingin.
Tiba-tiba rumput yang tinggi itu terkuak dan muncullah mahkluk.

Suro terpekik begitu melihat mahkluk itu. " SIALAAAANNNNNNNN dasar monyet kurang ajar buat aku hampir pingsan neh " " wah dah sembuh neh kayaknya kakinya tuh "

"Apa kabar monyet "....”rrrrr…..rrrrrrr…..cuiiiiit….” seakan monyet itu berkata " kabar baik bocah edan "

Tiba-tiba monyet tersebut menangkap tangan Suro dan menariknya. " Eh sebentar monyet mau kok bawa kemana aku "
tapi monyet tersebut terus saja menarik….Suro berusaha melepaskan diri tapi tidak bisa……….terpaksa di ikutinya tarikan tersebut.

Semakin lama suro di bawa semakin ke dalam hutan dan juga semakin menanjak jalanannya berbelok-belok lagi , turun dikit naik banyaak belok lagi " Sialan Bisa Gempor aku kalau gini caranya "

Suro hanya pasrah aja  " mudahan aku ngak di apa-apain neh batinnya, semakin gelap saja suasana tempat tersebut dan ketika dia mengamati monyet tersebut membawanya masuk kedalam celah batu yang sempit yang memiliki lorong panjang dan berkelok-kelok.

Setelah beberapa waktu di lihatnya di kejauhan adanya sinar yang semakin lama semakin terang sekali dan begitu mereka keluar dari lorong itu suro terbengong-bengong.

DESA LEMAH IRENG

Seberkas sinar kuning keeemasan semakin tampak nyata di kejauhan, suara burungpun mulai ikut terdengar seakan ikut mengatakan “ selamat datang pagi yang indah, selamat datang kembali kehidupan”

Di kejauhan juga mulai tampak orang-orang melakukan kegiatan rutinnya ada yang pergi ke sungai untuk mandi, ada yang mengambil air bersih sambil bersenandung ‘ seandainya hidupku selalu begini, seandainya alamku juga tak berubah, seandainya ketenangan ini selalu ku dapat seandainya…………….’

Lebih kedalam lagi menelusuri desa di depan –depan rumah juga mulai tampak kegiatan, ada yang sedang bersiap menjemur padi ,ada yang sedang mencukur kumis dan jenggot bahkan ada pula yang sedang memakan ubi rebus hangat di temani secangkir kopi…….yah secangkir kopi yang enak sekali, di buat dengan kasih sayang…….sungguh permai dan nyaman sekali desa itu…….sebuah desa yang terpencil , desa yang indah , LEMAH IRENG itulah namanya……terletak di Utara sebuah lembah gunung yang menjulang tinggi dan lebatnya GUNUNG MENDUNG namanya karena ujungnya di selimuti oleh awan yang tak pernah hilang

Di Ujung desa terdapat sebuah rumah kecil yang sederhana tapi indah..orang-orang desa memanggil pemiliknya dengan sebutan Nyai Sabrang….seorang wanita pertengahan umur yang masih menampakkan garis-garis kecantikannya wanita pribumi…..hidung yg mancung, kulit kuning langsat dan bentuk tubuh yang masih indah walaupun sudah tampak kerut-kerut di wajah.

Nyai sabrang hidup bersama seorang anaknya yang bernama Suro Bledhuk , yang merupakan seorang anak yang cukup tampan ,dimana ketampanannya melebihi anak orang-orang desa pada umumnya,berumur 13 tahunan . Tidak ada yang tahu siapakah sebenarnya mereka, suami ataupun ayah mereka juga tidak pernah terlihat, walaupun demikian orang-orang desa tersebut sangat senang dan juga sayang pada mereka, mereka terkenal ramah dan suka menolong tanpa pamrih.

Pernah di desa tersebut terjadi wabah penyakit Cacar sehingga banyak yang harus di rawat , karena cacar tersebut termasuk cacar api yang ganas, dan ternyata Nyai Sabrang sangat pandai dalam ilmu pengobatan, sehingga wabah tersebut tidak menimbulkan banyak korban jiwa, semenjak itulah mereka dapat menerima keadaan keluarga Nyai sabrang dengan baik.
Dimana sebelumnya banyak warga yang mempertanyakan kehadiran mereka, yang memang merupakan suatu misteri yang sampai saat ini tak ada yang tahu riwayat keluarga tersebut.

Semenjak kecil Suro Bledhuk sudah di ajari ibunya tentang obat-obatan dan segala seluk beluknya , sehingga di usianya sekecil itu sudah bisa di sebut seorang tabib yang handal, bukan hanya seluk beluk obat dan penyakit , sampai urusan merawat luka, dan juga system syaraf juga sudah di pahami , karena selain cerdas dia juga pemberani sekali.
Pendek kata hanya tinggal pengalaman aja untuk menambah kemantapan ilmu pertabibannya.

Di pagi itu Suro Bledhuk sedang membantu ibunya memjemur aneka bahan Obat-obatan.
" ibu, Suro pengen nanya neh"

"Ada Apa to suro kok wajahmu serius amat gitu, emang mau Tanya apa ?"
"Jangan macem-macem ya kayak kemarin sampai masalah kenapa dada wanita bisa membesar di tanyakan juga."

"Ah ibu ini lho kan suro pengen tau aja kemarin, kan berhubungan ama pertabibpan juga bu ," Suro cari alasan sambil Tersenyum malu…abis hampir ketahuan padahal dia Tanya kemarin karena ngak sengaja lihat Orang mandi di kali, sial dasar mesum batin suro

Tiba-tiba Suro kaget “ Juuueeduk “ kepalanya sakit di pukul bambu kecil yang sering di pakai ibunya untuk mengolah obat-obat.
" Ampun bu kenapa seh kok kepalaku kok di pukul benjol neh…" gerutu Suro

" Dasar Kecil-kecil Otak mesum , tuh lihat wajahmu senyam-senyum pasti mikir yang ngak-ngak ya " damprat ibunya

"He he he .."ah Ibu ini tau aja batin Suro
"Nah tuh senyum-senyum lagi minta benjol lagi ya." kata ibunya
"Ngak-ngak bu kapok neh."

Nyai Sabrang juga ikut tersenyum melihat kelakuan anak semata wayang nya itu " sebenarnya apa seh yang pengen kamu tanyakan Suro "
"Anu Bu sebenarnya Ayahku siapa seh…?" "Trus kita memang tidak punya saudara kah bu "

Mendengar pertanyaan anaknya Nyai Sabrang termenung , dengan pandangan kosong dia menatap kejauhan di sana, seakan sedang me- reka-reka dan mengingat peristiwa yang silam…."Buu.." si suro menyentuh tangan ibunya dengan lembut.
Nyai sabrang sedikit terkejut…"eh maaf Suro ibu melamun ."

" Sebenarnya kita masih punya banyak saudara Suro cuman ibu tidak tau dimana mereka sekarang semuanya….yang ibu tau cuman satu yaitu pamanmu bernama Suwito yang tinggal di Desa Waringin."

"Wah di mana desa itu bu"
" jauh Suro dari sini ke arah selatan…"
"trus yang lainnya memang kenapa ibu kok sampai tidak tau keberadaannya…"

" Hemm….haaah"  Nyai Sabrang menarik nafas panjang mendengar pertanyaan anaknya yang bertubi-tubi itu.
" Mari kita duduk nanti ku ceritakan rasanya dirimu sudah cukup besar untuk tahu "

Kemudian setelah mereka duduk mulailah Nyai Sabrang bercerita tentang peristiwa yang lalu…….yang membuat mereka sampai di Desa Lemah Ireng tersebut……saat mendengar cerita terlihat wajah Suro Bledhuk yang biasa tampan , Ceria , dan Tenang itu berubah-ubah tak menentu…kadang Giginya bergemeretuk sendiri….seakan-akan dia mendengar sebuah cerita khayalan yang mengerikan yang bahkan sebelum ibunya bercerita dia sama sekali tidak pernah terbersit hal seperti itu……

" Begitulah Suro ceritanya." terlihat Nyai Sabrang berlinang airmata demikian juga dengan Suro.

" Lalu bu siapakah ayahku kenapa tak pernah di singgung-singgung di cerita yang barusan ibu sampaikan "
Nyai sabrang memandang anaknya penuh kesedihan dan kasihan "engkau nanti juga akan tau Suro Belum saat nya "

PROLOG HARIMAU MURKA



Cerita ini hanya cerita khayalan, mohon maaf bila tidak berkenan,
Segala sesuatu baik tempat, nama tokoh, jurus atau ilmunya juga hanya rekayasa.

Di dalam cerita silat ini kemungkinan besar juga tidak ada sesuatu yang bisa di ambil manfaatnya
jadi bener2 murni untuk iseng-iseng aja, iseng yang buat dan juga iseng buat yang baca.

Sekian Pembuka cerita ini.
Silahkan di nikmati bagi yang ingin membacanya

Salam